Kenapa Banyak Bisnis Gagal Walau Sudah Gunakan Survei?
Di era digital saat ini, bisnis berlomba-lomba mengklaim diri sebagai “data-driven company.” Hampir setiap keputusan strategis dikatakan berbasis data, mulai dari pemasaran, pengembangan produk, hingga ekspansi usaha. Namun, tidak sedikit yang akhirnya kecewa karena hasil nyatanya tak sejalan dengan ekspektasi. Kenapa bisa begitu?
Jawabannya sederhana: karena datanya salah.
Atau lebih tepatnya, karena proses pengumpulan dan analisis datanya salah.
Survei Bisa Menyesatkan Jika Salah Didesain
Survei adalah salah satu alat paling populer dalam mengumpulkan data pasar. Murah, cepat, dan terlihat ilmiah. Tapi survei juga bisa menjadi sumber kesalahan besar jika tidak dilakukan dengan benar.
Contoh kesalahan umum:
-
Pertanyaan tidak sesuai tujuan
-
Skala jawaban membingungkan
-
Responden tidak mewakili target pasar sebenarnya
-
Tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas
Misalnya, kamu ingin mengetahui kepuasan pelanggan, tapi yang ditanyakan justru frekuensi belanja atau lokasi tinggal. Ini adalah kesalahan pada validitas, karena apa yang diukur tidak sesuai dengan tujuan awal.
Atau, jika responden menjawab sangat puas di satu pertanyaan tapi tidak konsisten di pertanyaan serupa, artinya kuesionermu tidak reliabel.
Kesalahan Riset Bisa Menyebabkan Kerugian Besar
Sebuah laporan McKinsey (2022) mengungkapkan bahwa 45% kegagalan proyek bisnis berakar dari salah tafsir terhadap data. Bahkan, studi lain menyebut bahwa survei internal yang tidak valid dapat menyebabkan keputusan meleset hingga 30%.
Di sektor properti, hal ini sangat kritis. Salah memahami preferensi pasar dapat membuat proyek apartemen, rumah cluster, atau kawasan komersial tidak laku — padahal dana miliaran rupiah sudah dikeluarkan. Oleh karena itu, penting sekali untuk melakukan riset dengan benar sebelum melangkah.
Riset yang Baik Harus Ilmiah
Untuk memastikan hasil survei benar-benar bisa diandalkan, beberapa hal berikut wajib dilakukan:
-
Uji validitas: memastikan pertanyaan sesuai dengan konsep yang diukur (bisa dengan validitas isi, konstruk, atau kriteria)
-
Uji reliabilitas: memastikan hasilnya konsisten, biasanya menggunakan Cronbach’s Alpha (> 0.7 dianggap cukup baik)
-
Pilot test: uji coba kuesioner sebelum disebar luas
-
Gunakan tools statistik: seperti SPSS, SmartPLS, atau JASP
Ini bukan sekadar teknis. Ini fondasi untuk menghindari pengambilan keputusan yang salah arah.
Peran Jasa Coach Bisnis dan Properti dalam Riset yang Akurat
Nah, di sinilah pentingnya menggunakan jasa coach bisnis dan jasa coach bisnis. Seorang coach yang berpengalaman tidak hanya membantu dalam menyusun strategi, tapi juga dalam membangun sistem riset yang benar dan aplikatif.
Manfaat menggunakan jasa coach:
-
Menyusun pertanyaan survei berbasis kebutuhan nyata pasar
-
Memastikan proses riset sesuai dengan standar ilmiah
-
Memberikan interpretasi data yang relevan dan actionable
-
Menghindari bias dalam analisis data
Dalam bisnis properti, misalnya, coach dapat membantu memahami bahwa pembeli di segmen menengah lebih mempertimbangkan akses transportasi dan fasilitas sosial ketimbang harga semata. Insight seperti ini tidak bisa didapat tanpa riset yang benar — dan pemahaman konteks yang dalam.
Kesimpulan: Data Bagus Butuh Proses yang Benar
Data adalah aset yang sangat berharga. Tapi jika cara mendapatkannya salah, maka data justru bisa menjadi jebakan.
Untuk itulah, jika kamu serius ingin membangun bisnis jangka panjang, sangat disarankan untuk:
✅ Menyusun riset secara ilmiah
✅ Melakukan pengujian data secara statistik
✅ Didampingi oleh coach bisnis atau properti yang profesional
📌 Butuh bantuan menyusun survei?
Atau ingin membangun sistem riset pasar dan strategi penjualan berbasis data?
👉 Gunakan jasa coach bisnis dan coach properti berpengalaman untuk memandu langkahmu.
Karena keputusan besar harus dilandasi oleh data yang akurat — bukan asumsi semata.